Wanita Tangguh (Cerpen)

Melewati keramaian kota Jakarta di malam hari sudah menjadi sebuah rutinitas kehidupanku sehari-hari, selain melewati keramaian, hari-hariku juga ditemani bus jurusan Pulo Gadung-Tosari yang selalu menjadi transportasiku saat pulang kerja. 

Setelah menempelkan kartu di mesin tap on bus, aku menunggu bus jurusan itu datang dengan duduk di salah satu kursi besi yang kebetulan tak berpenghuni, Kemudian aku mengambil ponsel yang sedari tadi terus bergetar di dalam tasku menandakan ada pesan yang masuk. 

Rupanya, pesan itu berasal dari grup orang tua murid. Walau hanya membaca sekilas, aku tau bahwa besok akan diadakan sebuah pentas seni di sekolah, anakku sendiri mngikuti salah satu lombanya. Ya, ia mengikuti lomba pidato. 

Sebenarnya, beberapa hari yang lalu anakku sudah memberi tahu tentang hal ini. Tapi, apa boleh buat? Telat satu jam saja, aku sudah mendapat caci maki yang begitu luar biasa menyakitkan dari atasanku. Apalagi jika aku tidak bekerja besok? Tamat sudah riwayatku.

Aku menghentikan lamunanku ketika mendengar suara kondektur bus dengan jurusan yang aku tunggu tadi. Aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan berjalan memasuki bus.

Kebetulan, hari ini bus tidak seramai biasanya jadi aku mendapat tempat duduk dengan bonus suasana sepi yang sangat menenangkan ini. Mungkin, karena jam pulang hari ini agak lebih malam dari biasanya. Ya, aku lembur. Dengan harapan diperbolehkan untuk tidak masuk besok, tapi sepertinya mustahil.

Bus berhenti di halte tujuanku, aku segera turun dan berjalan keluar dari halte. Lalu berjalan di pinggir jalan raya menuju rumah. Lalu tidak lupa aku mampir terlebih dahulu ke salah satu minimarket yang jaraknya agak dekat dengan rumahku untuk membeli 3 susu full cream titipan anak-anakku 

Setelahnya, aku berjalan lagi menuju rumah dan tidak lupa mengirimkan pesan kepada anak-anakku bahwa aku sudah dekat. Biasanya, pagar rumah selalu dikunci. Sehingga, setiap pulang aku harus menghubungi mereka dulu.Pagar rumah kelihatan terbuka, menunjukkan pertanda bahwa anakku sudah membaca pesan yang ku kirim beberapa menit yang lalu.

“Ma, mama bawa apa?” Pertanyaan ini berasal dari anak ku yang paling bungsu, Dhifa.

Aku tidak menjawab, tapi memberikan kantung plastik berisi tiga susu full cream sesuai permintaan mereka.

Lalu aku masuk ke dalam, rupanya anak-anak sedang berkumpul di depan TV. Aku duduk di sofa sejenak, menaruh tas disebelahku, dan mulai membuka ponselku lagi, pasti sudah banyak pesan masuk dari klien.

“Ma, besok mama ke sekolah gak?”

“Mama gak tau bisa apa enggak, ini aja udah lembur masih di telfonin” Aku menunjukkan riwayat panggilan tidak terjawab dari bos dan beberapa rekan kerjaku.

“Tapi kata bu nunuk yang ikut lomba harus didampingi orang tuanya”

“Liat besok ya”

Dhifa tidak menjawab, tapi dari raut wajahnya aku tau, dia kecewa.

Aku bangkit dari tempatku duduk, dan masuk ke kamar. Walaupun banyak pesan yang belum ku jawab, aku harus beristirahat dan segera tidur karena besok masih hari kerja.

Keesokan harinya, aku menyiapkan sarapan anak-anakku. Seperti biasa, hanya roti dengan tambahan selai oles. Karena aku tidak memiliki cukup waktu untuk membuat makanan lain.

Setelah selesai membuat roti dan membangunkan anak-anakku, aku segera berangkat ke kantor.

Pagi ini bus sangat ramai. Padahal, aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Di tengah keramaian ini, aku mendengar obrolan seorang ibu dan anaknya.

“Bu, hari ini kan aku sudah antar ibu ke tempat kerja. Besok, ibu yang antar aku ke sekolah ya?”

“Iya sayang” 

Aku jadi teringat Dhifa, bagaimana lombanya nanti ya? Semoga saja ia sukses diluar aku datang atau tidak.

Kemudian aku turun ke halte karena memang aku harus transit sementara dan mengganti jurusan bus untuk sampai ke kantor. Jarak dari rumah ke kantor sendiri tidak bisa dibilang jauh, mungkin lebih tepatnya jauh sekali.

Aku melirik jam tanganku. Rupanya sekarang jam 9 pagi. Sambil menunggu bus, aku membuka ponselku. 

Pesan masuk dari atasanku rupanya cukup menarik perhatian, aku membukanya dan tentu saja terkejut membaca isi pesannya.

Segera aku membuka grup orang tua murid dan mengecek kapan acara dimulai. Rupanya, acara baru dimulai satu jam yang lalu. Berarti, aku tidak terlalu telat untuk hadir bukan?

Pesan dari atasanku mengatakan aku boleh tidak masuk kerja hari ini karena tidak ada rapat atau sesuatu yang begitu penting.

Karena sudah terlalu siang untuk menaiki busway kesana, aku segera memesan ojek online dan tidak sampai lima menit menunggu, ojek online ku sudah datang

Aku sampai. Setelah membayar ojek sesuai ongkos, aku segera masuk kedalam sekolah. Mencari ruangan aula. Aku menemukannya, terlihat banyak orang didalam sana. Namun, ruangannya terdengar sepi.

Aku masuk, dan melihat anakku beserta beberapa anak lain di panggung. Semuanya menundukkan kepala kebawah.

“Dan… Juara satu lomba pidato dengan tema perjuangan di acara pentas seni kita kali ini dimenangkan oleh…”

“Selamat kepada… Atmaradhifa Hadinayu dari kelas 9A”

Tim panitia memberikan anakku sebuah piala dan sebuah kotak kado yang sepertinya berisikan hadiah pemenang

“Setelah menjadi pemenang mungkin ada yang ingin kamu sampaikan?” MC itu memberikan mic nya ke anakku.

“Aku ingin berterima kasih, sekaligus meminta maaf kepada wanita tangguh, mama. Mungkin, di hari-hari biasa. Aku hanyalah seorang anak dengan tingkat keegoisan yang tinggi, aku tidak pernah mengerti bahwa mamaku bekerja untukku. Walaupun begitu, melihat mama yang bisa bekerja sekaligus menjadi ibu rumah tangga membuatku sadar bahwa mama adalah wanita paling tangguh yang pernah aku kenal. Tentu saja setelah aku menyadarinya, aku berusaha keras untuk membuat beliau bangga. Walaupun dengan prestasi yang tidak seberapa ini, setidaknya keinginanku untuk bisa berada di atas panggung sebagai pemenang sudah terwujud. Lagipula, keinginanku untuk berada di atas panggung karena aku ingin mengatakan sesuatu” Ia menghentikan ucapannya, melihat ke arah sekitar dan pandangannya berhenti ke arahku.

“Mama, walaupun mama tetap pekerja kantoran yang sangat sibuk dan sangat jarang dirumah, aku sayang mama. Terimakasih sudah menjadi mama yang begitu luar biasa sampai saat ini”

Tentu saja aku terharu mendengarnya. Harapanku kedepannya adalah semoga saja semua anakku kelak bisa menjadi wanita yang lebih tangguh lagi dari diriku. 

Wanita yang tangguh bukanlah mereka yang memiliki tenaga seperti lelaki atau bisa segala jenis teknik bela diri. Wanita yang tangguh adalah mereka yang bisa menjalankan kewajibannya dalam keadaan apapun, tetap tenang dalam menghadapi masalah, dan menambahkan semua ksabaran dalam setiap perjalanan hidupnya.

Selamat hari kartini!

Story by: Atmaradhifa Hadinayu

Leave a Reply