Safar Banggai Mengajak Pembaca untuk Menyelami Dunia Pesisir
Apa penyebab nelayan berhenti melaut? Bukankah itu pekerjaan yang menyenangkan? Bermain dengan birunya air serta memancing ikan segar sebagai tujuan utamanya. Setiap keputusan pasti ada alasannya. Setiap cerita juga memiliki kadar cinta dan emosi yang berbeda.
Safar Banggai mempersembahan sebuah buku berjudul Nelayan Itu Berhenti Melaut sebagai bacaan nostalgia kenangan masa lalu bagi para anak pesisir. Beberapa penulis menjadikan tempat asal sebagai inspirasi ketika menulis cerita. Hal itu mungkin saja dilakukan karena dua hal, yakni kerinduan akan kampung halaman atau hendak memperkenalkan tempat tersebut kepada pembaca.
Nelayan Itu Berhenti Melaut adalah buku pertama yang akhirnya berhasil diangkat dari laut oleh seorang penulis kelahiran Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Safar memperlihatkan dinamika para nelayan dan juga menggambarkan suasana pesisir sebagai ruang yang selama ini melekat dengan dirinya.
Lewat Nelayan Itu Berhenti Melaut terbitan Pocer, Safar menuliskan dua belas cerita pendek yang terdiri dari 80 halaman. Secara utuh hal yang sebenarnya disorot dalam kumpulan cerpen ini, baik tersirat atau tersurat ialah bagaimana laku sosial dulu dan kini pada masyarakat laut saling bertaut.
Cerita-cerita itu lahir sebagai pundi-pundi memori tentang laut dan orang-orang yang menghabiskan usianya disana. Pundi-pundi memori dengan ragam masalah yang cukup kompleks itu dipicu seorang tokoh bernama Atam di beberapa kisahnya.
Secara sederhana Safar ingin menyampaikan kepada para pembacanya, bahwa laut selalu mengikuti hukum alam. Manusia datang membuat hukum sendiri, lalu merusak laut dengan dalih melindungi.
Dalam buku Nelayan Itu Berhenti Melaut dengan kategori sosial budaya ini, pembaca diajak menjelajahi kehidupan masyarakat yang terlahir dari rahim lautan, para nelayan yang berkawan dengan ikan juga karang-karang.
Penulis mendeskripsikan masalah-masalah yang kerap menyapa mereka yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut. Masalah yang dibuat oleh tangan-tangan manusia usil.
Apa yang tersaji dalam buku ini membuat kita merasa seperti menyaksikan indahnya pemandangan laut, menghirup aroma laut, atau membayangkan kita sedang memancing ikan bersama nelayan-nelayan tangguh itu. Hal itu terukir indah mungkin dengan alasan sang penulis yang juga tumbuh bersama laut. Jika kamu ingin membuktikan aroma laut dan juga kepingan laut lainnya, silahkan baca buku Nelayan Itu Berhenti Melaut segera!
Penulis: Ayu Pratiwi
Editor: B. Romansha