Telah Rampung Kisah Otentik Seandainya Aku Bisa Menanam Angin Karya Fawaz Al Batawy
Setelah buku pertama Fawaz Al Batawy terbitan Buku Mojok yang berjudul Yang Menyublim Di Sela Hujan beredar di pasaran pada tahun 2017, kini di tahun 2019 ia meluncurkan karya keduanya yang berjudul Seandainya Aku Bisa Menanam Angin. Buku ini berisi sekumpulan kisah dengan tokoh utama seluruhnya anak anak yang sang penulis temui di beberapa tempat di negeri ini.
Dari sekian banyaknya kelompok manusia di bumi ini, ada satu kelompok manusia yang hingga kini mayoritas dari mereka masih mengembangkan seluruh perkakas dalam dirinya dengan baik. Kelompok manusia itu adalah anak-anak.
Perkakas yang dimaksud adalah imajinasi. Dalam diri anak-anak, imajinasi diibaratkan parasut yang mengembang dengan sempurna. Dengan parasut berupa imajinasi itu, mereka terbang melayang-layang dengan menyenangkan mengarungi kehidupan dan dunianya.
Beberapa anak-anak yang Fawaz tuliskan di dalam bukunya ialah Tadius Bisaka, Jeremias Wenera, dan Daniel Ariopok yang berasal dari Asmat, Papua. Kemudian ada Becayo, Menosur, Jangat Pico, dan Pengangguk yang berasal dari Rimba, Jambi. Judul buku kedua ini terinspirasi dari komentar status Facebook seorang anak Rimba bernama Penangguk.
Fawaz menceritakan pengalamannya mengajar di Sokola Rimba dengan perpaduan tawa bahagia dan juga tangis sendu. Hal ini menyatu dalam buku Seandainya Aku Bisa Menanam Angin yang telah beredar sejak awal April 2019 lalu.
Lewat buku ini kita akan belajar tentang hubungan manusia paling jernih, yaitu saling percaya, menerima perbedaan, dan mengikhlaskan. Bagi Fawaz, mengajar bersama Sokola Rimba bukan perkara hitung-hitungan dan tata bahasa. Ia mengajar, sekaligus diajari tentang sesama, alam raya dan caranya berbahagia.
Dilansir dari Instagram Fawaz, Penangguk salah satu anak yang diceritakan dalam bukunya kini menjadi Kader Pengajar di Sokola Rimba. Penangguk rutin mengajar membaca, menulis, dan berhitung untuk anak-anak rimba. Serta Penangguk juga ikut terlibat dalam kerja advokasi untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat adat orang Rimba.
Usai belajar dari mereka yang dianggap primitif, Fawaz juga mengungkapkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang ia jalani saat ini juga semakin terasah.