Mengenal Yasunari Kawabata dalam Novel “Thousand Cranes”

Thousand Cranes karya Yasunari Kawabata

Hai Bookish Journalers! Kali ini kita akan membawa tema yang sedikit berbeda. Pernahkah kamu mendengar tentang penulis Yasunari Kawabata? Ya, Yasunari Kawabata adalah penulis Jepang yang lahir di Osaka pada 11 Juni 1899. Yasunari Kawabata memang sudah meninggal dunia pada 16 April 1972. Tapi karya sastra yang ditinggalkannya akan terus menarik pecinta literasi dari seluruh dunia. Melalui novelnya yang berjudul Thousand Cranes dan Snow Country, ia berhasil mendapatkan penghargaan Nobel Kesusastraan pada tahun 1968. Kali ini kita akan mengajak Bookish Journalers untuk berkenalan dengan Yasunari Kawabata lewat novelnya yang berjudul Thousand Cranes.

Cerita dalam Thousand Cranes berangkat dari upacara minum teh di bagian dalam Kuil Engakuji. Chikako Kurimoto adalah tokoh yang digambarkan sebagai ahli dalam upacara minum teh. Kawabata membuatnya menjadi wanita yang penuh dengan intrik dan cerdik. Kurimoto mengatur sebuah upacara minum teh dengan menghadirkan Kikuji (sebagai tokoh utama dalam cerita yang terjebak dalam kehidupan masa lalu ayahnya), Yukiko Inamura (gadis yang membawa furoshiki bergambar seribu burung bangau yang dijodohkan dengan Kikuji). Lalu juga ada karakter yang bernama Ny. Ota dan putrinya Fumiko dimana kedua orang ini sebenarnya tidak diharapkan hadir dalam pertemuan upacara minum teh tersebut.

Konflik dimulai ketika Ny. Ota dan Fumiko yang datang ke acara tersebut. Ny. Ota memiliki hubungan yang erat dengan ayah Kikuji, sebagai istri simpanan. Ya, meskipun akhirnya pembaca tahu kalau ternyata Kurimoto juga berperan sebagai istri simpanan ayah Kikuji. Masa lalu mulai diungkit dalam cerita upacara minum teh itu dan membuat Kikuji cukup tertekan. Di satu sisi ia merasa kasihan dengan ibu kandungnya yang terus dikhianati oleh ayahnya. Sampai ibunya menderita tekanan batin dan depresi hingga meninggal dunia.

Sebenarnya Kikuji sudah tidak ingin terlibat lagi dengan Kurimoto dan Ny. Ota. Tapi Kurimoto terus hadir dalam kehidupan Kikuji dengan ikut campur dalam berbagai urusan di rumah Kikuji. Sementara Ny. Ota terus datang ke rumahnya untuk meminta maaf dan merasa bersalah pada keluarga Kikuji. Sampai akhirnya Ny. Ota meninggal dengan cara bunuh diri sambil membawa rasa bersalah.

Kikuji yang diatur dalam perjodohan dengan gadis Inamura setelah upacara minum teh, sebenarnya terpesona dengan gadis itu. Tapi dalam kelanjutan ceritanya, Kawabata membuat Kikuji lebih dekat dengan Fumiko. Asumsi saya sebagai pembaca, seharusnya Kikuji tidak berdekatan dengan Fumiko, karena itu akan terus membawa Kikuji masuk ke dalam masa lalu ayahnya. Tapi Kawabata, sebagai penulisnya, membuat Kikuji jatuh cinta dengan Fumiko. Bagaimana akhirnya? Saya rasa pembaca harus benar-benar membaca sendiri cerita ini.

Kesimpulannya, dalam cerita ini Yasunari Kawabata membuat judul Thousand Cranes dan simbol yang keluar pada tokoh (furoshiki milik Yukiko Inamura) memang tidak berhubungan dan hanya sebagai awal cerita yang menarik minat pembaca. Motif utama dalam cerita adalah tradisi upacara minum teh, dimana pembaca diharuskan menyelami semua karakter yang terlibat. Kemudian juga dikenalkan berbagai benda dalam upacara minum teh (jambangan shino dan mangkuk Karatsu). Karakter juga dibuat sangat hidup meskipun dengan sedikit dialog dan cara bicara yang kaku. Selama membaca juga pembaca dibuat terikat dengan jalan cerita Kikuji yang penuh dengan konflik batin, rasa bersalah dan cinta terpendam. Saya rasa memang layak jika Thousand Cranes sampai mendapatkan Nobel Kesusastraan.

Baiklah, sampai disini dulu perkenalan dengan sastrawan Yasunari Kawabata. Semoga teman-teman juga tertarik ya untuk membaca novel sastra atau novel klasik dari penulis Indonesia dan luar negeri untuk menambah pengetahuan literasi.

Penulis: Artrias Setiawan

Editor: B. Romansha

Leave a Reply