Bukti Andrea Hirata Berhasil Melepaskan Jeratan Laskar Pelangi dalam Orang-Orang Biasa

Hai Bookish Journalers! Pasti kamu tahu dong novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Keberhasilan Laskar Pelangi memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan mendapatkan sambutan yang hangat. Laskar Pelangi juga diterjemahkan ke bahasa lain seperti Arab, Jerman, Jepang, China, Italia, dan Bulgaria. Review dan pujian untuk Laskar Pelangi bahkan ditayangkan di beberapa media asing terkenal seperti The Guardian, Der Spiegel, The Economist, dan masih banyak lagi.

Sungguh itu prestasi yang luar biasa karena tidak semua novel dari Indonesia bisa dikenal luas di mancanegara. Namun ada sebuah dilema bagi seorang penulis ketika berhasil menelurkan satu karya yang mendapatkan apresiasi besar, apakah karya selanjutnya akan mendapatkan sambutan yang sama besarnya atau justru tidak dikenal? Itulah yang ingin dibuktikan oleh Andrea Hirata dalam novel terbarunya Orang-Orang Biasa. Novel yang sudah diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Februari 2019 ini berhasil menjadi best seller di beberapa toko buku offline dan online.

Lalu, apakah Andrea Hirata Berhasil melepaskan jeratan Laskar Pelangi dalam Orang-Orang Biasa? Mari kita simak beberapa buktinya.

  1. Pujian Laskar Pelangi menjadi bagian dari Orang-Orang Biasa

Bentang Pustaka sepertinya ingin menarik penggemar Laskar Pelangi untuk mencintai Orang-Orang Biasa. Hal ini dibuktikan dengan pujian-pujian Laskar Pelangi yang menghabiskan 30 lembar sendiri dalam Orang-Orang Biasa. Pujian ini tidak hanya berasal dari pembaca dan media negeri sendiri tapi juga negara asing. Jika dilihat lagi kesuksesan Laskar Pelangi memang diikuti ketiga novel lanjutannya seperti Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov: Mimpi-mimpi Lintang. Tapi semua tidak sesukses Laskar Pelangi yang juga meraup keberhasilan besar pada film adaptasinya. Jadi kesimpulannya adalah penggemar sebaiknya jangan berharap banyak dulu sebelum benar-benar membaca Orang-Orang Biasa sampai lembar terakhir.

2. Beda cerita dalam Laskar Pelangi dan Orang-Orang Biasa

Untuk melihat perbedaan cerita dari dua novel ini mari kita sekilas kembali ke zaman Laskar Pelangi. Laskar Pelangi adalah kisah inspiratif dari murid-murid  SD Muhammadiyah di kota Belitung. Mereka adalah murid miskin yang pantang menyerang untuk mencapai cita-cita. Mereka bisa mendapatkan kesuksesan dan melawan takdir kemiskinan. Buktinya salah satu tokohnya, Ikal yang berhasil diterima di Universitas Sorbonne, Prancis. Dalam cerita ini juga ada kisah perlawanan antara tokoh yang miskin dan kaya, seperti perjuangan murid-murid  SD Muhammadiyah melawan SD PN Timah dalam lomba cerdas cermat. Intinya Laskar Pelangi membuktikan cerita tokoh-tokoh yang hidup dalam keterbatasan seperti Ikal, Mahar dan Lintang bisa meraih kesuksesan.

Sementara itu cerita Orang-Orang Biasa seperti bertentangan dengan Laskar Pelangi. Cerita novel terbaru ini memuat kisah nasib orang miskin yang selamanya akan miskin dan tumbuh dalam kebodohan. Cerita ini juga seperti judulnya bahwa orang-orang biasa memang harus menjadi biasa bahkan sampai takdir kehidupan selesai.

3. Masih tentang pendidikan

Satu-satunya persamaan tema dalam novel Laskar Pelangi dan Orang-Orang Biasa adalah tentang kisah pendidikan yang diangkat oleh Andrea Hirata. Kesialan nasib tokoh dalam Orang-Orang Biasa diciptakan seperti tidak bisa dilawan. Selain menjadi murid yang bodoh, mereka juga hidup miskin.

Kesialan nasib tokoh utama ini menjadi semakin parah ketika mendapatkan perlakuan penindasan dari tokoh yang berkuasa, yaitu Duo Boron dan Trio Bastardin. Jerat kesialan, kemiskinan dan kebodohan ini diciptakan Andrea Hirata berlangsung sampai mereka tumbuh menjadi manusia dewasa. Tidak ada nasib baik seperti dalam Laskar Pelangi, tapi yang ada adalah pegawai kelas rendah, supir dan pekerjaan yang tidak bergaji besar lain.

Perjalanan tokoh yang miskin ini membuat pembaca merasa getir tapi sekaligus merasa ingin membuktikan ada yang istimewa dalam cerita ini. Jika dipikir lagi, memang apa sih inspirasi yang bisa ditemukan dari kehidupan tokoh-tokoh yang dibuat dengan kehidupan miskin dan nelangsa.

Semua menjadi semakin menarik bagi pembaca ketika bertemu kisah Dinah, ketika anak perempuannya diterima di Fakultas Kedokteran di salah satu perguruan tinggi. Tentu pembaca bisa menebak, berapa banyak biaya yang akan dibutuhkan Dinah? Ide menarik dari sepuluh tokoh dalam cerita ini dibuat sembrono dan cukup bodoh. Ya, mereka sepakat untuk merampok sebuah bank, Andrea Hirata seolah-olah ingin menambah nasib sial pada tokohnya.

Ciri khas Andrea Hirata untuk membuat cerita banyak membual dalam kisah ini justru sangat menarik untuk pembaca. Penulis seperti Andrea Hirata untuk mengaduk emosi pembaca memang tidak perlu diragukan lagi.

Jadi untuk Bookish Journalers, sebaiknya berhenti terus membandingkan Laskar Pelangi dengan Orang-Orang Biasa. Pastikan kamu membaca Orang-Orang Biasa sampai selesai dan rasakan apa saja keunggulan dan kekurangan cerita ini.

Penulis: Artrias Setiawan

Editor: B. Romansha

Leave a Reply